Minggu, 15 November 2015

Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara

Di kesempatan kali ini, saya akan berbagi pengetahuan tentang kerajaan-kerajaan Islam yang pernah berdiri dan berjaya di alam nusantara ini. Selain itu, admin juga ingin membantu teman-teman saya yang sedang diberi tugas untuk mencari artikel seperti ini. Baiklah, tanpa panjang lebar, mari kita simak.
  
KERAJAAN SAMUDERA PASAI




1. Letak 
Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di bumi nusantara ini dan terletak di pantai timur Sumatera bagian utara yang dekat jalur pelayaran perdagangan internasional, Selat Malaka.
2. Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Samudera Pasai sebenarnya tidak banyak. Sumber sejarahnya antara lain adalah makan Sultan Malik as-Saleh dan catatan Ibnu Batutah dan Cheng Ho.
3. Sultan
1267-1297 : Sultan Malik as-Saleh (Marah Silu)
1297-1326 : Sultan Malik Al Thahir (Sultan Malikul Thahir)

4. Peristiwa Penting
Pada masa kekuasaan Sultan Malik Al-Thahir (1921-1236), terjadi peristiwa penting yaitu saat Abdullah (putra Sultan Malik as-Saleh) memisahkan diri ke Aru dan bergelar (Sultan Malikul Mansur).
5. Penyebab Kemunduran
Penyebab kemunduran Kerajaan Samudera Pasai adalah:
a. Kerajaan Majapahit berambisi menyatukan bumi nusantara.
b. Berdirinya Kerajaan Bandar Malaka yang letaknya lebih strategis karena berada di daerah pusat Selat
    Malaka.
c. Setelah Sultan Malik Al-Thahir wafat, tidak ada yang meggantikan tahta sehingga penyebaran agama 
    Islam diambil dan diteruskan oleh Kerajaan Aceh.






 
kerajaan Aceh
1. Letak
Secara geografis, Kerajaan Aceh terletak strategis di Sumatera bagian utara dekat jalur pelayaran perdagangan internasional, sekitar Selat Malaka. 
2. Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Aceh adalah Masjid Raya Aceh, Masjid Raya Baiturrahman, catatan Lombard, dan asal-usul Aceh yang berupa cerita turun-temurun.
3. Sultan
1511-1530 : Sultan Alaidin Ali Mughayat Syah
1530-1539 : Sultan Salahuddin
1539-1571 : Sultan Alaidin Riayat Syah (Sultan Al Qahhar)
1571-1579 : Sultan Husain Alaidin Riayat Syah
1579-1580 : Sultan Zainal Abidin
1581-1587 : Sultan Alaidin Mansyur Syah 
1587-1589 : Sultan Mugyat Bujang
1589-1604 : Sultan Alaidin Riayat Syah
1604-1607 : Sultan Muda Ali Riayat Syah
1607-1636 : Sultan Iskandar Muda (Dharma Wangsa Perkasa Alam Syah)
1636-1641 : Sultan Iskandar Sani
4. Peristiwa Penting
Salah satu peristiwa penting yang dialami Kerajaan Aceh adalah Perang Aceh, yaitu dimulai sejak Belanda menyatakan perang terhadap Kerajaan Aceh.

5. Penyebab Kemunduran
Penyebab kemunduran Kerajaan Aceh adalah:
a. Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, tidak ada lagi sultan yang mampu mengendalikan daerah Kerajaan 
    Aceh yang begitu luas.
b. Di masa Sultan Iskandar Sani, disinilah masa-masa kemunduran dan setelah beliau wafat, kemunduran itu          
    lebih terasa sangat mundur.
c. Timbulnya pertikaian terus menerus di Kerajaan Aceh antara golongan bangsawan (teuku) dengan 
    golongan ulama (teungku) yang mengakibatkan melemahnya Kerajaan Aceh.
d. Daerah-daerah bawahan banyak yang melepaskan diri seperti Johor, Pahang, Perak, Minangkabau, dan 
    Siak.
 
 KERAJAAN DEMAK





1. Letak

Kerajaan Demak pada masa itu berada di tepi laut, berada di Kampung Bintara, menjadi Kota Demak, Jawa Tengah.

2. Sumber Sejarah

Sumber sejarah Kerajaan Demak yaitu masjid yang sangat terkenal yaitu Masjid Agung Demak. Ada juga sumber sejarah yang lain, yaitu Pintu Bledeg, Piring Campa, Saka Tatal, Dampar Kencana, serta makam sultan-sultan Kerajaan Demak.

3. Sultan

1518-1521 : Pati Unus
1521-1548 : Sultan Trenggana

4. Peristiwa Penting

Peristiwa penting yang pernah terjadi di Kerajaan Demak yaitu di Masjid Agung Demak, pada tahun 1668 Sunan Amangkurat II dari Kerajaan Mataram Islam mengucap sumpah setia terhadap perjanjian dengan Belanda yang ditandatangani setelah Kapten Tack di Kartasura.

5. Penyebab Kemunduran

Berikut ini adalah penyebab kemunduran Kerajaan Demak:

a. Setelah Sultan Trenggono, terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Seda di Lepen dan Sunan
    Prawoto (putra Sultan Trenggana)
b. Raden Patah kurang menarik simpati orang-orang pedalaman dan bekas rakyat Kerajaan Majapahit.

 KERAJAAN PAJANG


1. Letak

Kerajaan Pajang yang sekarang tinggal batas-batas fondasinya saja berada di perbatasan Kelurahan Pajang, Kota Surakarta dan Desa Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo.

2. Sumber Sejarah

Sumber sejarah Kerajaan Pajang adalah salah satu peninggalan karya sastra Islam yaitu Babad tanah Jawi.

3. Sultan

1549-1582 : Jaka Tingkir (Hadiwijaya)
1583-1586 : Arya Pangiri (Ngawantipuro)
1586-1587 : Pangeran Benawa (Prabuwijoyo)
4. Peristiwa Penting

Peristiwa penting yang pernah terjadi di Kerajaan Pajang yaitu:

a. Ki Ageng Pamanahan dihadiahi wilayah Mataram oleh Sultan Hadiwijaya atas jasanya mengalahkan Arya
    Panangsang.
b. Ki Ageng Pamanahan membangun istana di Pasargede atau yang sekarang disebut Kotagede.
c. Sultan Pajang mengangkat Sutawijaya sebagai penguasa baru di Mataram.
d. Pasukan Kesultanan Pajang yang menyerbu Mataram porak-poranda diterjang letusan Gunung Merapi.

5. Penyebab Kemunduran

Penyebab kemunduran Kerajaan Pajang yaitu:

a. Sultan Hadiwijaya sakit dan wafat.
b. Pemerintahan Arya Pangiri disibukkan dengan balas dendam terhadap Kerajaan Mataram Islam.
c. Pangeran Benawa bersekutu dengan Sutawijaya menyerbu Kerajaan Pajang.
d. Perang Kerajaan Pajang melawan Kerajaan Mataram Islam dan Jipang berakhir kekalahan Arya Pangiri.
e. Tidak ada pengganti tahta kerajaan setelah Pangeran Benawa.
f. Sutawijaya sendiri mendirikan Kerajaan Mataram Islam.

 KERAJAAN MATARAM ISLAM

1. 1. Letak

Kerajaan Mataram Islam asal-usulnya adalah suatu Kadipatan di bawah Kesultanan Pajang dan berpusat di Bumi Mentaok yang diberikan pada Ki Ageng Pamanahan sebagai hadiah jasanya. Kerajaan Mataram Islam juga beribukota di Kota Gede, Karta, dan Pleret.

2. Sumber Sejarah

Sumber sejarah Kerajaan Mataram Islam sebenarnya terbatas, yaitu berasal dari naskah Babad, Serat, dan tradisi lisan.

3. Sultan

1587-1601 : Panembahan Senopati (Raden Sutawijaya)
1601-1613 : Panembahan Hanyakrawati (Raden Mas Jolang)
1613-1645 : Sultan Agung (Raden Mas Rangsang)
1645-1677 : Amangkurat I (Sinuhun Tegal Arum)

4. Peristiwa Penting

Peristiwa penting yang pernah terjadi di Kerajaan Mataram Islam, yaitu:

a. Mataram menjadi Kerajaan dengan Sutawijaya sebagai sultan.
b. Panembahan Hanyakrawati dikenal sebagai "Panembahan Seda ing Krapyak" karena wafat saat berburu.
c. Pertentangan dan perpecahan keluarga kerajaan dimanfaatkan oleh VOC.

5. Penyebab Kemunduran

Kemunduran Kerajaan Mataram Islam berawal kekalahan Sultan Agung merebut Batavia dan menguasai Jawa dari Belanda.

 KERAJAAN CIREBON

1. 1. Letak

Letak Kerajaan Cirebon adalah di pantai utara Pulau Jawa.

2. Sumber Sejarah

Sumber sejarah Kerajaan Cirebon menurut Sulendraningrat adalah berasal dan mendasar dari atau pada Babad Tanah Sunda dan Atja.

3. Sultan

1455-1479 : Pangeran Cakrabuana
1479-1568 : Sunan Gunung Jati
1568-1570 : Fatahillah
1570-1649 : Panembahan Ratu I
1649-1677 : Panembahan Ratu II

4. Peristiwa Peenting

Sunan Gunung Jati mengembangkan Islam ke daerah-daerah lain di Jawa Barat.

5. Penyebab kemunduran

Penyebab kemunduran Kerajaan Cirebon yaitu:

a. Terjadinya kevakuman kekuasaan.
b. Terjadi perpecahan diantara putra-putra Raja Cirebon.
c. Ikut campur VOC dalam mengatur Kerajaan Cirebon.


KERAJAAN BANTEN
  1. Letak

Kerajaan Banten terletak di Provinsi Banten.

2. Sumber Sejarah

Sumber sejarah tentang Kerajaan Banten sangat sedikit dapat ditemukan karena di abad XVI Kerajaan Banten telah menjadi pelabuhan Kerajaan Sunda. Dan salah satu sumber sejarah Kerajaan Banten adalah catatan dari Ten Dam.

3. Sultan


1552-1570 : Maulana Hasanuddin
1570-1585 : Maulana Yusuf
1585-1596 : Maulana Muhammad
1596-1647 : Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir
1647-1651 : Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad
1651-1682 : Sultan Ageng Tirtayasa
1683-1687 : Sultan Haji

4. Peristiwa Penting

Peristiwa penting yang pernah terjadi di Kerajaan Banten yaitu:

a. Sultan Ageng Tirtayasa menolak VOC menerapkan mono poli.
b. Rakyat Kerajaan Banten membuat VOC kewalahan dengan merusak kebun tebu milik VOC.
c. Kemenangan Sultan Haji menandai berakhirnya kejayaan Kerajaan Banten.

5. Penyebab Kemunduran

Terjadi perang saudara di Kerajaan Banten antara saudara Maulana Yusuf dengan pembesar Kerajaan Banten.


KERAJAAN MAKASSAR
 
 1. Letak

Kerajaan Gowa dan Tallo bergabung menjadi satu dengan nama Kerajaan Makassar yang terletak di Sulawesi Sekatan.

2. Sumber Sejarah

Sumber sejarah Kerajaan Makassar adalah berasal dari catatan Tome Pires.

3. Sultan

1591-1639 : Sultan Alaudin
1639-1653 : Sultan Muhammad Said
1653-1669 : Sultan Hasanudin

4. Peristiwa Penting

Kerajaan Makassar terdesak setelah VOC menjalin kerja sama dengan Raja Bone di Aru Palaka.

5. Penyebab Kemunduran

Penyebab kemunduran Kerajaan Makassar yaitu:

a. Terjadi pertentangan keluarga bangsawan.
b. Tidak ada regenerasi yang cakap.
c. Kerajaan Makassar terdesak setelah VOC menjalin kerja sama dengan Raja Bone di Aru Palaka.

 KERAJAAN TERNATE DAN TIDORE


1. Letak

Kerajaan Ternate dan Tidore adalah kerajaan Islam di Maluku dan merupakan kerajaan terlama yang pernah berdiri di Nusantara.

2. Sumber Sejarah

Sumber sejarah Kerajaan Ternate dan Tidore masih belum jelas karena tidak memiliki kutipan pada kalimat. Jadi, sumber sejarah Kerajaan Ternate adalah berupa catatan kaki yang sulit diterjemahkan karena tidak memiliki kutipan yang disebut pada zaman itu yaitu Royal Ark Ternate.

3. Sultan

1486-1500 : Sultan Zainal Abidin
1500-1534 : Sultan Tabariji
1534-1570 : Sultan Hairun
1570-1583 : Sultan Baabullah

4. Peristiwa Penting

Peristiwa penting yang pernah terjadi di Kerajaan Ternate dan Tidore yaitu:

a. Portugis diizinkan mendirikan benteng di Ternate dengan alasan untuk melindungi Ternate.
b. Di masa pemerintahan Sultan Hairun berhasil mengusir Spanyol dari tanah Maluku.
c. Di masa pemerintahan Sultan Baabullah berhasil merebut benteng Portugis di Ternate bahkan mengusirnya
    dari tanah Maluku.

5. Penyebab Kemunduran

Penyebab kemunduran Kerajaan Ternate dan Tidore yaitu:

a. Adu domba Tidore dilakukan bangsa asing
b. VOC menguasai rempah-rempah di Maluku.


Jumat, 13 Maret 2015

Kehalifahan Bani Abbasyiyah


A.      Latar Belakan Masalah

    Sejarah tak ubahnya kacamata masa lalu yang menjadi pijakan dan langkah setiap insan di masa mendatang. Seperti yang kita ketahui setelah tumbangnya kepemimpinan masa khulafaurrasyidin maka berganti pula sistem pemerintahan Islam pada masa itu menjadi masa daulah, dan dalam makalah ini akan disajikan sedikit tentang masa daulah Abbasiyah.

Dalam peradaban ummat Islam, Bani Abbasiyah merupakan salah satu bukti sejarah peradaban ummat Islam yang terjadi. Bani Abbasiyah merupakan masa pemerintahan ummat Islam yang memperoleh masa kejayaan yang gemilang. Pada masa ini banyak kesuksesan yang diperoleh Bani Abbasiyah, baik itu dibidang Ekonomi, Politik, dan Ilmu pengetahuan. Hal inilah yang perlu untuk kita ketahui sebagai acuan semangat bagi generasi ummat Islam bahwa peradaban ummat Islam itu pernah memperoleh masa keemasan yang melampaui  kesuksesan negara-negara Eropa. Dengan kita mengetahui bahwa dahulu peradaban ummat Islam itu diakui oleh seluruh dunia,  maka akan memotifasi sekaligus menjadi ilmu pengetahuan kita mengenai sejarah peradaban ummat Islam sehingga kita akan mencoba untuk mengulangi masa keemasan itu kembali nantinya oleh generasi ummat Islam saat ini.

B.       Kelahiran Daulah Abbasiyah

       Masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut dengan istilah ‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Bani Abbas mewarisi imperium besar Bani Umayah. Hal ini memungkinkan mereka dapat mencapai hasil lebih banyak, karena landasannya telah dipersiapkan oleh Daulah Bani Umayah yang besar. Menjelang tumbangnya Daulah Umayah telah terjadi banyak kekacauan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara; terjadi kekeliruan-kekeliruan dan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para Khalifah dan para pembesar negara lainnya sehingga terjadilah pelanggaran-pelanggaran terhadap ajaran Islam, termasuk salah satunya pengucilan yang dilakukan Bani Umaiyah terhadap kaum mawali yang menyebabkan ketidak puasan dalam diri mereka dan akhirnya terjadi banyak kerusuhan .

        Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa. Khalifah itu dikenal memberikan toleransi kepada berbagai kegiatan keluarga Syiah. Keturunan Bani Hasyim dan Bani Abbas yang ditindas oleh Daulah Umayah bergerak mencari jalan bebas, dimana mereka mendirikan gerakan rahasia untuk menumbangkan Daulah Umayah dan membangun Daulah Abbasiyah.

       Di bawah pimpinan Imam mereka Muhammad bin Ali Al-Abbasy mereka bergerak dalam dua fase, yaitu fase sangat rahasia dan fase terang-terangan dan pertempuran. Selama Imam Muhammad masih hidup gerakan dilakukan sangat rahasia. Propaganda dikirim ke seluruh pelosok negara, dan mendapat pengikut yang banyak, terutama dari golongan-golongan yang merasa ditindas, bahkan juga dari golongan-golongan yang pada mulanya mendukung Daulah Umayah. Setelah Imam Muhammad meninggal dan diganti oleh anaknya Ibrahim, pada masanya inilah bergabung seorang pemuda berdarah Persia yang gagah berani dan cerdas dalam gerakan rahasia ini yang bernama Abu Muslim Al-Khurasani. Semenjak masuknya Abu Muslim ke dalam gerakan rahasia Abbasiyah ini, maka dimulailah gerakan dengan cara terang-terangan, kemudian cara pertempuran, dan akhirnya dengan dalih ingin mengembalikan keturunan Ali ke atas singgasana kekhalifahan, Abu Abbas pimpinan gerakan tersebut berhasil menarik dukungan kaum Syiah dalam mengobarkan perlawanan terhadap kekhalifahan Umayah. Abu Abbas kemudian memulai makar dengan melakukan pembunuhan sampai tuntas semua keluarga Khalifah, yang waktu itu dipegang oleh Khalifah Marwan II bin Muhammad. Begitu dahsyatnya pembunuhan itu sampai Abu Abbas menyebut dirinya sang pengalir darah atau As-Saffah. Maka bertepatan pada bulan Zulhijjah 132 H (750 M) dengan terbunuhnya Khalifah Marwan II di Fusthath, Mesir dan maka resmilah berdiri Daulah Abbasiyah.

        Dalam peristiwa tersebut salah seorang pewaris takhta kekhalifahan Umayah, yaitu Abdurrahman yang baru berumur 20 tahun, berhasil meloloskan diri ke daratan Spanyol. Tokoh inilah yang kemudian berhasil menyusun kembali kekuatan Bani Umayah di seberang lautan, yaitu di keamiran Cordova. Di sana dia berhasil mengembalikan kejayaan kekhalifahan Umayah dengan nama kekhalifahan Andalusia.

         Pada awalnya kekhalifahan Daulah Abbasiyah menggunakan Kufah sebagai pusat pemerintahan, dengan Abu Abbas As-Safah (750-754 M) sebagai Khalifah pertama. Kemudian Khalifah penggantinya Abu Jakfar Al-Mansur (754-775 M) memindahkan pusat pemerintahan ke Baghdad. Di kota Baghdad ini kemudian akan lahir sebuah imperium besar yang akan menguasai dunia lebih dari lima abad lamanya. Imperium ini dikenal dengan nama Daulah Abbasiyah.

        Dalam beberapa hal Daulah Abbasiyah memiliki kesamaan dan perbedaan dengan Daulah Umayah. Seperti yang terjadi pada masa Daulah Umayah, misalnya, para bangsawan Daulah Abbasiyah cenderung hidup mewah dan bergelimang harta. Mereka gemar memelihara budak belian serta istri peliharaan (hareem). Kehidupan lebih cenderung pada kehidupan duniawi ketimbang mengembangkan nilai-nilai agama Islam . Namun tidak dapat disangkal sebagian khalifah memiliki selera seni yang tinggi serta taat beragama.


C.      Sistem Politik, Pemerintahan dan Sosial

1.Sistem Politik dan Pemerintahan Khalifah pertama Bani Abbasiyah

Abdul Abbas yang sekaligus dianggap sebagai pendiri Bani Abbas, 
menyebut dirinya dengan julukan Al-Saffah yang berarti Sang Penumpah Darah. Sedangkan Khalifah Abbasiyah kedua mengambil gelar Al-Mansur dan meletakkan dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah. Di bawah Abbasiyah, kekhalifahan berkembang sebagai system politik. Dinasti ini muncul dengan bantuan orang-orang Persia yang merasa bosan terhadap Bani Umayyah di dalam masalah sosial dan politik diskriminastif. Khalifah-khalifah Abbasiyah yang memakai gelar ”Imam”, pemimpin masyarakat muslim bertujuan untuk menekankan arti keagamaan kekhalifahan. Abbasiyah mencontoh tradisi Umayyah di dalam mengumumkan lebih dari satu putra mahkota raja.
Al-Mansur dianggap sebagai pendiri kedua dari Dinasti Abbasiyah. Di masa pemerintahannya Baghdad dibagun menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah dan merupakan pusat perdagangan serta kebudayaan. Hingga Baghdad dianggap sebagai kota terpenting di dunia pada saat itu yang kaya akan ilmu pengetahuan dan kesenian. Hingga beberapa dekade kemudian dinasti Abbasiyah mencapai masa kejayaan.
Ada beberapa sistem politik yang dijalankan oleh Daulah Abbasiyah, yaitu
a.Para Khalifah tetap dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat lainnya diambil dari kaum mawalli.
b.Kota Bagdad dijadikan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi, sosial dan ataupun kebudayaan serta terbuka untuk siapa saja, termasuk bangsa dan penganut agama lain.
c.Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang mulia, yang penting dan sesuatu yang harus dikembangkan.
d.Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusiaan

2.Sistem Sosial

Pada masa ini, sistem sosial adalah sambungan dari masa sebelumnya (Masa Dinasti Umaiyah). Akan tetapi, pada masa ini terjadi beberapa perubahan yang sangat mencolok, yaitu:
a.         Tampilnya kelompok mawali dalam pemerintahan serta mendapatkan tempat yang sama dalam kedudukan sosial
b.        Kerajaan Islam Daulah Abbasiyah terdiri dari beberapa bangsa ang berbeda-beda (bangsa Mesir, Syam, Jazirah Arab dll.)
c.         Perkawinan campur yang melahirkan darah campuran
d.        terjadinya pertukaran pendapat, sehingga muncul kebudayaan baru .


D.      Kejayaan Daulah Abbasiyah
Masa Abbasiyah menjadi tonggak puncak peradaban Islam. Khalifah-khalifah Bani Abbasiyah secara terbuka mempelopori perkembangan ilmu pengetahuan dengan mendatangkan naskah-naskah kuno dari berbagai pusat peradaban sebelumnya untuk kemudian diterjemahkan, diadaptasi dan diterapkan di dunai Islam. Para ulama’ muslim yang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun non agama juga muncul pada masa ini. Pesatnya perkembangan peradaban juga didukung oleh kemajuan ekonomi imperium yang menjadi penghubung dunua timur dan barat. Stabilitas politik yang relatif baik terutama pada masa Abbasiyah awal ini juga menjadi pemicu kemajuan peradaban Islam

1.        Gerakan penerjemahan
Meski kegiatan penerjemahan sudah dimulai sejak Daulah Umayyah, upaya untuk menerjemahkan dan menskrinsip berbahasa asing terutama bahasa yunani dan Persia ke dalam bahasa arab mengalami masa keemasan pada masa DaulahAbbasiyah. Para ilmuandiutus ke daeah Bizantium untuk mencari naskah-naskah yunanidalam berbagai ilmu terutama filasafat dan kedokteran.
Pelopor gerakan penerjemahan pada awal pemerintahan daulah Abbasiyah adalah Khalifah Al-Mansyur yang juga membangun Ibu kota Baghdad. Pada awal penerjemahan, naskah yang diterjemahkan terutama dalam bidang astrologi, kimia dan kedokteran. Kemudian naskah-naskah filsafat karya Aristoteles dan Plato juga diterjemahkan. Dalam masa keemasan, karya yang banyak diterjemahkan tentang ilmu-ilmu pragmatis seperti kedokteran. Naskah astronomi dan matematika juga diterjemahkan namun, karya-karya berupa puisi, drama, cerpen dan sejarah jarang diterjemakan karena bidang ini dianggap kurang bermanfa’at dan dalam hal bahasa, Arab sendiri perkembangan ilmu-ilmu ini sudah sangat maju.
Pada masa ini, ada yang namanya Baitul hikmah yaitu perpustakaan yang berfungsi sebagai pusat pengembagan ilmu pengetahuan. Pada masa Harun Ar-Rasyid diganti nama menjadi Khizanah al-Hikmah (Khazanah kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat penelitian. Pada masa Al-Ma’mun ia dikembangkan dan diubah namanya menjadi Bait al-Hikmah, yang dipergunakan secara lebih maju yaitu sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantium, dan bahkan dari Ethiopia dan India. Direktur perpustakaannya seorang nasionalis Persia, Sahl Ibn Harun. Di bawah kekuasaan Al-Ma’mun, lembaga ini sebagai perpustakaan juga sebagai pusat kegiatan study dan riset astronomi dan matematika.

2.Dalam bidang filasafat

Pada masa ini pemikiran filasafat mencakup bidang keilmuan yang sangat luas seperti logika, geometri, astronomi, dan juga teologia. Beberapa tokoh yang lahir pada masa itu, termasuk diantaranya adalah Al-Kindi, Al-farobi, Ibnu Sina dan juga Al-Ghazali yang kita kenal dengan julukan Hujjatul Islam.

3.         Perkembangan Ekonomi
Ekonomi imperium Abbasiyah digerakkan oleh perdagangan. Sudah terdapat berbagai macam industri sepertikain linen di Mesir, sutra dari Syiria dan Irak, kertas dari Samarkand, serta berbagai produk pertanian seperti gandum dari Mesir dan kurma dari Iraq. Hasil-hasil industri dan pertanian ini diperdagangkan ke berbagai wilayah kekuasaan Abbasiyah dan Negara lain.
Karena industralisasi yang muncul di perkotaan ini, urbanisasi tak dapat dibendung lagi. Selain itu, perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang dari Nubia dan Sudan Barat melambungkan perekonomian Abbasiyah.
Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain merupakan hal yang sangat penting. Secara bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang di Cina juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga hubungan perdagangan antara keduanya menambah semaraknya kegiatan perdagangan dunia.

4.        Dalam bidang Keagamaan
Di bawah kekuasaan Bani Abbasiyah, ilmu-ilmu keagamaan mulai dikembangkan. Dalam masa inilah ilmu metode tafsir juga mulai berkembang, terutama dua metode penafsiran, yaitu Tafsir bir Ra’i dan Tafsir bil Ma’tsur. Dalam bidang hadits, pada masa ini hanya merupakan penyempurnaan, pembukuan dari catatan dan hafalan para sahabat. Pada masa ini pula dimulainya pengklasifikasian hadits, sehingga muncul yang namanya hadits dhaif, maudlu’, shahih serta yang lainnya.
Sedangkan dalam bidang hukum Islam karya pertama yang diketahui adalah Majmu’ al Fiqh karya Zaid bin Ali (w.122 H/740 M) yang berisi tentang fiqh Syi’ah Zaidiyah. Hakim agung yang pertama adalah Abu Hanifah (w.150/767). Meski diangap sebagai pendiri madzhab Hanafi, karya-karyanya sendiri tidak ada yang terselamatkan. Dua bukunya yang berjudul Fiqh al-Akbar (terutama berisi artikel tentang keyakinan) dan Wasiyah Abi Hanifah berisi pemikiran-pemikirannya terselamatkan karena ditulis oleh para muridnya.

E.Runtuhnya Daulah Abbasiyah

Tak ada gading ang tak retak. Mungkin pepatah inilah ang sangat pas untuk dijadikan cermin atas kejayaan ang digapai bani Abbasiah. Meskipun Daulah Abbasiyah begitu bercahaya dalam mendulang kesuksesan dalam hampir segala bidang, namun akhirnya iapun mulai kaku dan akhirnya runtuh. Menurut beberapa literatur, ada beberapa sebab keruntuhan daulah Abbasyiah, yaitu:

1.Faktor Internal

Mayoritas kholifah Abbasyiah periode akhir lebih mementingkan urusan pribadi dan melalaikan tugas dan kewajiban mereka terhadap negara. Luasnya wilayah kekuasaan kerajaan Abbasyiah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukuan - Semakin kuatnya pengaruh keturunan Turki, mengakibatkan kelompok Arab dan Persia menaruh kecemburuan atas posisi mereka.
Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi. Permusuhan antar kelompok suku dan kelompok agama.
 Merajalelanya korupsi dikalangan pejabat kerajaan.

2.Faktor Eksternal

Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak korban. Penyerbuan Tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan yang menghancrkan Baghdad. Jatuhnya Baghdad oleh Hukagu Khan menanndai berakhirnya kerajaan Abbasyiah dan muncul: Kerajaan Syafawiah di Iran, Kerajaan Usmani di Turki, dan Kerajaan Mughal di India.

F.Kesimpulan

Dinamakan khilafah bani Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya adalah keturunan al Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Abbas. Berdirinya Dinasti ini tidak terlepas dari keamburadulan Dinasti sebelumny, dinasti Umaiyah. Pada mulanya ibu kota negera adalah al-Hasyimiyah dekat kufah. Namun untuk lebih memantapkan dan menjaga setabilitas Negara al-Mansyur memindahkan ibu kota Negara ke Bagdad. Dengan demikian pusat pemerintahan dinasti Abasiyah berada di tengah-tengah bangsa Persia. Al-Mansyur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya. Dia mengangkat sejumlah personal untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif.
Puncak perkembangan dinasti Abbasiyah tidak seluruhnya berawal dari kreatifitas penguasa Bani Abbasiyah sendiri. Sebagian diantaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan misalnya di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Namun lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani Abas dengan berdirinya perpustakaan dan akademi.
Pada beberapa dekade terakhir, daulah Abbasiyah mulai mengalami kemunduran, terutama dalam bidang politiknya, dan akhirnya membawanya pada perpecahan yang menjadi akhir sejarah daulah abbasiyah.



DAFTAR PUSTAKA

Hassan, Hassan Ibrahim, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta, 1989
Hasimy, A, Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1993.
Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana, 2007

Kekhalifahan Umayyah


Daftar isi  







Bani Umayyah (bahasa Arabبنو أميةBanu UmayyahDinasti Umayyah
atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya (beribukota di Damaskus) ; serta dari 756 sampai 1031 di KordobaSpanyol sebagai Kekhalifahan Kordoba. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah I.


  • 1. Masa Keemasan


                 Masa ke-Khilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu dimulai pada masa kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan, yaitu setelah terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, dan kemudian orang-orang Madinah membaiat Hasan bin Alinamun Hasan bin Ali menyerahkan jabatan kekhalifahan ini kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan dalam rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada masa itu sedang dilanda bermacam fitnah yang dimulai sejak terbunuhnyaUtsman bin Affanpertempuran Shiffinperang Jamal dan penghianatan dari orang-orang Khawarij danSyi'ah,[butuh rujukan] dan terakhir terbunuhnya Ali bin Abi Thalib.
                Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan perluasan wilayah yang terhenti pada masa khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dilanjutkan kembali, dimulai dengan menaklukan Tunisia, kemudian ekspansi ke sebelah timur, dengan menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Sedangkan angkatan lautnya telah mulai melakukan serangan-serangan ke ibu kota BizantiumKonstantinopel. Sedangkan ekspansi ke timur ini kemudian terus dilanjutkan kembali pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan. Abdul Malik bin Marwan mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan berhasil menundukkan BalkanabadBukharaKhwarezmia,Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan menguasai BalukhistanSind dan daerahPunjab sampai ke Multan.
                 Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan pada zaman Al-Walid bin Abdul-Malik. Masa pemerintahan al-Walid adalah masa ketenteraman, kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utaramenuju wilayah barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. Setelah Aljazair dan Maroko dapat ditundukan,Tariq bin Ziyad, pemimpin pasukan Islam, dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antaraMaroko (magrib) dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan namaGibraltar (Jabal Thariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Dengan demikian, Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota SpanyolCordoba, dengan cepatnya dapat dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti SevilleElvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordoba. PasukanIslam memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa.
                Di zaman Umar bin Abdul-Aziz, serangan dilakukan ke Perancis melalui pegunungan Pirenia. Serangan ini dipimpin oleh Aburrahman bin Abdullah al-Ghafiqi. Ia mulai dengan menyerang BordeauxPoitiers. Dari sana ia mencoba menyerang Tours. Namun, dalam peperangan yang terjadi di luar kota Tours, al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut di atas, pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah (mediterania) juga jatuh ke tanganIslam pada zaman Bani Umayyah ini.
                Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi SpanyolAfrika UtaraSyriaPalestinaJazirah ArabIrak, sebagian Asia KecilPersiaAfganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan,TurkmenistanUzbekistan, dan Kirgistan di Asia Tengah.
               Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang. Muawiyah bin Abu Sufyan mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. Pada masanya, jabatan khusus seorang hakim (qadhi) mulai berkembang menjadi profesi tersendiri, Qadhi adalah seorang spesialis dibidangnya. Abdul Malik bin Marwan mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Khalifah Abdul Malik bin Marwan juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. Keberhasilan ini dilanjutkan oleh puteranya Al-Walid bin Abdul-Malik (705-715 M) meningkatkan pembangunan, diantaranya membangun panti-panti untuk orang cacat, dan pekerjanya digaji oleh negara secara tetap. Serta membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.
               Meskipun keberhasilan banyak dicapai daulah ini, namun tidak berarti bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan inilah suksesi kekuasaan bersifat monarchiheridetis (kepemimpinan secara turun temurun) mulai diperkenalkan, dimana ketika dia mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, yaitu Yazid bin Muawiyah. Muawiyah bin Abu Sufyan dipengaruhi oleh sistem monarki yang ada di Persia dan Bizantium, istilahkhalifah tetap digunakan, namun Muawiyah bin Abu Sufyan memberikan interprestasi sendiri dari kata-kata tersebut dimana khalifah Allah dalam pengertianpenguasa yang diangkat oleh Allah padahal tidak ada satu dalil pun dari al-Qur'an dan Hadits Nabi yang mendukung pendapatnya.
                 Dan kemudian Muawiyah bin Abu Sufyan dianggap tidak mentaati isi perjanjiannya dengan Hasan bin Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan penggantian kepemimpinan diserahkan kepada pemilihan umat Islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid bin Muawiyah sebagai putera mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.
                 Ketika Yazid bin Muawiyah naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Yazid bin Muawiyah kemudian mengirim surat kepada gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecualiHusain bin Ali Ibnul Abu Thalib dan Abdullah bin Zubair Ibnul Awwam.
                 Husain bin Ali sendiri juga dibait sebagai khalifah di Madinah, Pada tahun 680 M, Yazid bin Muawiyah mengirim pasukan untuk memaksa Husain bin Ali untuk menyatakan setia, Namun terjadi pertempuran yang tidak seimbang yang kemudian hari dikenal dengan Pertempuran Karbala[1], Husain bin Ali terbunuh, kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedang tubuhnya dikubur di Karbala sebuah daerah di dekat Kufah.
                 Kelompok Syi'ah sendiri, yang tertindas setelah kesyahidan pemimpin mereka Husain bin Ali, terus melakukan perlawanan dengan lebih gigih dan di antaranya adalah yang dipimpin oleh Al-Mukhtar di Kufah pada 685-687 M. Al-Mukhtar mendapat banyak pengikut dari kalangan kaum Mawali (yaitu umat Islam bukan Arab, berasal dari PersiaArmenia dan lain-lain) yang pada masa Bani Umayyah dianggap sebagai warga negara kelas dua. Namun perlawanan Al-Mukhtar sendiri ditumpas oleh Abdullah bin Zubair yang menyatakan dirinya secara terbuka sebagai khalifah setelah Husain bin Ali terbunuh. Walaupun dia juga tidak berhasil menghentikan gerakan Syi'ah secara keseluruhan.
                 Abdullah bin Zubair membna kekuatannya di Mekkah setelah dia menolak sumpah setia terhadap Yazid bin Muawiyah. Tentara Yazid bin Muawiyah kembali mengepung Madinah dan Mekkah secara biadab seperti yang diriwayatkan dalam sejarah. Dua pasukan bertemu dan pertempuran pun tak terhindarkan. Namun, peperangan ini terhenti karena taklama kemudian Yazid bin Muawiyah wafat dan tentara Bani Umayyah kembali ke Damaskus.
               Perlawanan Abdullah bin Zubair baru dapat dihancurkan pada masa kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan, yang kemudian kembali mengirimkan pasukan Bani Umayyah yang dipimpin oleh Al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi dan berhasil membunuh Abdullah bin Zubair pada tahun 73 H/692 M.Setelah itu, gerakan-gerakan lain yang dilancarkan oleh kelompok 

     2.Penurunan

                      Sepeninggal Umar bin Abdul-Aziz, kekuasaan Bani Umayyah dilanjutkan oleh Yazid bin Abdul-Malik (720- 724 M). Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam ketenteraman dan kedamaian, pada masa itu berubah menjadi kacau. Dengan latar belakang dan kepentingan etnis politis, masyarakat menyatakan konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid bin Abdul-Malik cendrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Kerusuhan terus berlanjut hingga masa pemerintahan khalifah berikutnya, Hisyam bin Abdul-Malik (724-743 M). Bahkan pada masa ini muncul satu kekuatan baru dikemudian hari menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan itu berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan mawali. Walaupun sebenarnya Hisyam bin Abdul-Malik adalah seorang khalifah yang kuat dan terampil. Akan tetapi, karena gerakan oposisi ini semakin kuat, sehingga tidak berhasil dipadamkannya.
                 Setelah Hisyam bin Abdul-Malik wafat, khalifah-khalifah Bani Umayyah yang tampil berikutnya bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini semakin memperkuat golongan oposisi. Dan akhirnya, pada tahun 750 M, Daulah Umayyah digulingkan oleh Bani Abbasiyah yang merupakan bahagian dari Bani Hasyim itu sendiri, dimana Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah, walaupun berhasil melarikan diri ke Mesir, namun kemudian berhasil ditangkap dan terbunuh di sana. Kematian Marwan bin Muhammad menandai berakhirnya kekuasaan Bani Umayyah di timur (Damaskus) yang digantikan oleh Daulah Abbasiyah, dan dimulailah era baru Bani Umayyah di Al-Andalus.

    3. Bani umayyah di Andalusia
    Al-Andalus 
    Dalam proses penaklukan ini dimulai dengan kemenangan pertama yang dicapai oleh Tariq bin Ziyad membuat jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi.


    Kemudian pasukan Islam dibawah pimpinan Musa bin Nushair  berhasil men
    menaklukkan SidoniaKarmonaSeville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan GothTheodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Zaragoza sampai Navarre.

             Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul-Aziz tahun 99 H/717 M, dimana sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pirenia dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada Al-Samah, tetapi usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdurrahman bin Abdullah al-Ghafiqi. Dengan pasukannya, ia menyerang kotaBordeauxPoitiers dan dari sini ia mencoba menyerang kota Tours, di kota ini ia ditahan oleh Charles Martel, yang kemudian dikenal dengan Pertempuran Tours, al-Ghafiqi terbunuh sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan tentara muslim mundur kembali ke Spanyol.
                Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Goth bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen. Yang tidak bersedia disiksa, dan dibunuh secara brutal.
               Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderic, Raja Goth terakhir yang dikalahkan pasukan Muslimin. Awal kehancuran kerajaan Visigoth adalah ketika Roderic memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dariOppas dan Achila, kakak dan anak Witiza. Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderic. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin. Sementara itu terjadi pula konflik antara Raja Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol, Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq dan Musa.
                 Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderic yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang, selain itu, orang Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.
              Sewaktu penaklukan itu para pemimpin penaklukan tersebut terdiri dari tokoh-tokoh yang kuat, yang mempunyai tentara yang kompak, dan penuh percaya diri. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.

    3.Genealogi Bani Umayyah



     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
    Umayyah
    pendiri Bani Umayyah
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
    Harb
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
    Abu al-'Ash
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
    Abu Sufyan
    kepala suku Mekkah
     
     
     
     
     
     
     
     
    Affan
     
     
     
     
     
     
     
    al-Hakam
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
    Yazid
    (Gub. Siria th. 639
     
     
    1. MUAWIYAH I
    (k. 661-680)
     
     
    Ummu Habibah
     
     
     
    UTSMAN
     
     
     
     
     
     
     
    4. MARWAN I
    (k. 684-685)
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
    2. YAZID I
    (k. 680-683)
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
    3. MUAWIYAH II
    (k. 683-684)
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
    Muhammad
     
     
     
     
     
     
     
     
    5. ABDUL-MALIK
    (k. 685-705)
     
     
     
     
     
     
     
     
     
    Abdul-Aziz
    Gub. Mesir
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
    14. MARWAN II
    (k. 744-750)
     
     
    6. AL-WALID I
    (k. 705-715)
     
    7. SULAIMAN
    (k. 715-717)
     
    9. YAZID II
    (k.720-724)
     
    10. HISYAM
    (k. 724-743)
     
     
     
    8. UMAR II
    (k. 717-720)
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
    12. YAZID III
    (k. 744)
     
    13. IBRAHIM
    (k. 744)
     
     
     
    11. AL-WALID II
    (k. 743-744)
     
    Muawiyah
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
    Abd ar-Rahman I
    Emir di Kordoba
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
    warna biru= kekuasaan

    4.Kronolagi Bani Umayyah

    Kekhalifahan Utama di Damaskus

    1. Muawiyah I bin Abu Sufyan, 41-61 H / 661-680 M
    2. Yazid I bin Muawiyah, 61-64 H / 680-683 M
    3. Muawiyah II bin Yazid, 64-65 H / 683-684 M
    4. Marwan I bin al-Hakam, 65-66 H / 684-685 M
    5. Abdullah bin Zubair bin Awwam, (peralihan pemerintahan, bukan Bani Umayyah).
    6. Abdul-Malik bin Marwan, 66-86 H / 685-705 M
    7. Al-Walid I bin Abdul-Malik, 86-97 H / 705-715 M
    8. Sulaiman bin Abdul-Malik, 97-99 H / 715-717 M
    9. Umar II bin Abdul-Aziz, 99-102 H / 717-720 M
    10. Yazid II bin Abdul-Malik, 102-106 H / 720-724 M
    11. Hisyam bin Abdul-Malik, 106-126 H / 724-743 M
    12. Al-Walid II bin Yazid II, 126-127 H / 743-744 M
    13. Yazid III bin al-Walid, 127 H / 744 M
    14. Ibrahim bin al-Walid, 127 H / 744 M
    15. Marwan II bin Muhammad (memerintah di HarranJazira), 127-133 H / 744-750 M


    Keamiran di KORDOBA

    Kekhalifahan di KORDOBA

    Buku Referensi

    1. l-Bidaayah Wan Nihaayah, Ibn Katsir.
    2. Tarikh Khulafa', As-Suyuthi.
    3. Tarikh Bani Umayyah, Al-Mamlakah Su'udiyyah.
    4. Tarikh Islamy, Ibn Khaldun.
    5. Sejarah Bani Umayyah, Muhammad Syu'ub, Penerbit PT.Bulan Bintang.